Selasa, 30 Agustus 2022

 Essai Toleransi Beragama

Raja Brawijaya 2022

Nama : Khoiruman Zabur

NIM : 225090200111044

Cluster : 25

 

Dewasa ini, kita sering mendengar isu isu sosial yang sedang marak terjadi di negara kita, mungkin bahkan di sekitar kita. Banyak sekali isu isu sosial yang muncul yang dilatarbelakangi berbagai faktor-faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Isu toleransi beragama misalnya. Di indonesia sendiri, kita memiliki banyak sekali macam suku, budaya, dan bahasa. Tak heran jika kita mungkin sedikit kesulitan untuk menjaga perbedaan  sebanyak itu.

Indonesia, negara kita, sudah banyak sekali kejadian dan kasus di negara tercinta ini mengenai toleransi beragama, tentunya ini hal yang negatif, bukan positif.

Indonesia pernah menduduki peringkat sebagai negara yang rendah akan toleransi, meskipun gelar negara religius tersemat di dalamnya, tetapi justru gelar lain yang sebaliknya datang menghampiri, yaitu intoleran.

Berkaitan dengan intoleran ini, kita membahas hal yang spesifik, yaitu toleransi beragama. Kita semua tahu bahwa Indonesia mayoritas orangnya memeluk agama islam, bahkan indonesia menjadi negara paling banyak penduduknya yang memeluk agama islam di dunia. Saya sendiri sebagai penulis juga masuk dalam kategori mayoritas tersebut, akan tetapi, tidak juga kita mengartikan bahwa mayoritas itu kuat, mayoritas itu bisa berbuat seenaknya sendiri, mayoritas itu berkuasa, tentu itu anggapan yang salah. Sebagai negara yang punya banyak perbedaan kita sudah seharusnya merangkul kaum kaum minoritas yang ada di Indonesia, namun kenyataannya justru berbanding terbalik dari teori, negara yang seharusnya penuh kedamaian dengan banyaknya perbedaan, malah perbedaan itu sendiri yang membuat huru hara dimana mana, lantas apakah perbedaan itu yang salah?, tentu tidak, perbedaan adalah anugerah dari Tuhan yang sangat mulia. Cara pikir orang orang intoleran ini lah yang harus dibenahi. Mereka menganggap semua yang berbeda dari dia adalah musuh, harus dibasmi, tidak punya hak hidup di dunia ini. Manusia seperti ini hanya mementingkan ego sendiri, merasa kuat karena mereka mayoritas, justru manusia manusia seperti inilah yang sangat amat lemah, mereka ketakutan, takut tercuci otaknya dengan orang yang minoritas ini, padahal yang patut disalahkan adalah iman mereka yang terlalu lemah, terlalu rapuh, lantas mereka menyalahkan orang minoritas ini dengan dalih membahayakan kepercayaannya.

Indonesia, negara tercinta kita ini, ketika sudah membahas agama, orang akan mati matian membelanya, itu bagus, kita harus membela kepercayaan kita yang kita anggap benar, namun, tidakkah kau lupa untuk menghargai milik orang lain, bahkan Rasulullah SAW pun ketika bersama orang kafir, beliau menghargainya dan tidak menghina sesembahannya. Lantas mengapa kita justru melakukan sebaliknya tanpa menghiraukan keteladanan manusia paling mulia.

Saya, sebagai muslim tahu betul bahwa islam telah memberi pedoman yang begitu jelas bahwasanya agama tidak boleh dan sama sekali tidak ada paksaan. Dalam Al-Qur’an disebutkan juga bahwa semua manusia bebas dan disilahkan memilih agama sesuai keyakinannya masing-masing. Lakum diinukum wa liya diin atau Untukmu agamamu dan untukku agamaku. Dalam konteks beragama yang disebutkan oleh Al-Qur’an tadi bahwa tidak ada paksaan dalam beragama, kita saja tidak boleh memaksa orang, apalagi mengganggu, itu merupakan Tindakan yang sangat tidak dapat dibenarkan. Semua orang diberi kesempatan untuk memilih kepercayaannya atau agama masing-masing. Jika pandangan dan ide tersebut diterapkan pada kehidupan sehari-hari oleh semua orang, maka sebetulnya tidak akan terjadi masalah. Semua orang beribadah ke tempat ibadah mereka masing-masing, Mereka yang beragama Islam beribadah ke masjid, mereka yang kristen ke gereja, dan demikian pula lainnya.

Agama juga mengajarkan agar semua pemeluknya menjadi orang baik, saling mengikat tali persaudaraan, memahami, menghargai, mengasihi, dan bahkan juga harus saling gotong royong atau tolong menolong dalam hal berbuat kebaikan. Semisal semua umat beragama dapat menunjukkan perilaku tersebut sebegaimana perintah ajaran agamanya, maka sebetulnya hal-hal semacam konflik atau perpecahan antar umat beragama tidak akan terjadi dalam kehidupan sehari-hari

Toleransi baru menjadi terasa tidak terpelihara oleh karena di antara mereka yang berbeda merasakan ada sesuatu yang mengganggu. Bisa jadi, gangguan itu sebenarnya bukan bersumber dari agamanya, tetapi berasal dari aspek lain, misalnya dari ekonomi, sosial, hukum, keamanan, dan semacamnya. Melihat orang atau sekelompok orang terlalu memonopoli kegiatan ekonomi sehingga merugikan atau mengganggu orang atau kelompok lain, maka muncul rasa kecewa dan atau sakit hati. Demikian pula jika terdapat sekelompok orang tidak mempedulikan dan bahkan berperilaku merendahkan, maka orang lain dimasud merasa terganggu.

Perihal itulah yang kemudian menjadikan pihak lain merasa direndahkan, dikalahkan, bahkan dirugikan. Padahal meskipun mereka meyakini agama berbeda tetapi masih dapat menjaga hubungan terjalin dengan harmonis, berbuat adil, jujur dan saling menghormati yang lain maka tidak akan muncul masalah ataupun persoalan dalam kehidupan bersama. Semua insan akan merasa Bahagia jika mereka diperlakukan dengan baik tanpa adanya diskriminasi yang datang dari pihak manapun. Dan ingat, orang baik akan selalu mendapat balasannya dan diterima di manapun dia berada dan oleh siapapun.

Sebaliknya,ketika kita sudah dihadapkan perbedaan entah itu suku, etnis, atau bahkan agama tapi dengan adanya perbedaan tersebut kita merasa rishi dan terganggu, maka akan timbul rasa tidak nyaman atau tidak senang dalam hati. Jangankan berbeda agama
, etnis atau bangsa, sedangkan sesama bangsa, etnis, dan agama sekalipun juga akan bermusuhan manakala nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan kebenaran diganggu. Maka dari itu sebenarnya, bukan perbedaan sebenarnya yang dipermasalahkan, tetapi perilaku merugikan dari oknum-oknum lah yang selalu menjadikan orang atau bahkan sekelompok orang menjadi tidak ada rasa toleransi

Sering terjadi dan tidak jarang terjadi di manapun dan dapat dilihat langsung, diantara orang yang berbeda, entah itu suku atau etnis, bangsa dan negara, dan agama, tetapi mereka terlihat sangat rukun dan saling mengasihi. Mereka yang berbeda, termasuk juga yang berbeda agama itu saling menyapa, bertegur salam, saling tolong menolong, dan berbagi kasih sayang. Hal tersebut dipicu karena mereka tahu bahwa perbedaan itu anugerah terindah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, dimana kita sebagai manusia diberi Amanah oleh Tuhan untuk menjaga perbedaan ini, jangan sampai timbul masalah akibat perbedaan. Dan kita juga sebagai manusia dituntut untuk tetap memegang teguh nilai-nilai kebaikan dan moral manusia yang bisa diterapkan dalam menyikapi perbedaan ini agar tidak timbul perpecahan. Pernahkah Anda membayangkan betapa indahnya dunia ini jika semua orang saling berbagi kasih sayang, saling tolong menolong, saling menghargai dan menghormati, tidak pernah timbul gesekan perpecahan, menganggap perbedaan itu karunia Tuhan Yang Maha Esa, sungguh indah jika dibayangkan. Tetapi tidak cukup kita hanya membayangkan, tetapi kita juga harus berusaha untuk mewujudkan perdamaian itu terjadi. Tidak menutup kemungkinan terjadinya perdamaian itu terlaksana di atas bumi ini. Kita sebagai manusia harus mampu membawa perubahan tersebut.