Essai Toleransi Beragama
Raja Brawijaya 2022
Nama : Khoiruman Zabur
NIM : 225090200111044
Cluster : 25
Dewasa ini, kita sering mendengar isu isu sosial yang sedang marak terjadi di negara kita, mungkin bahkan di sekitar kita. Banyak sekali isu isu sosial yang muncul yang dilatarbelakangi berbagai faktor-faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Isu toleransi beragama misalnya. Di indonesia sendiri, kita memiliki banyak sekali macam suku, budaya, dan bahasa. Tak heran jika kita mungkin sedikit kesulitan untuk menjaga perbedaan sebanyak itu.
Indonesia, negara kita, sudah banyak sekali kejadian dan kasus di negara tercinta ini mengenai toleransi beragama, tentunya ini hal yang negatif, bukan positif.
Indonesia pernah menduduki peringkat sebagai negara yang rendah akan toleransi, meskipun gelar negara religius tersemat di dalamnya, tetapi justru gelar lain yang sebaliknya datang menghampiri, yaitu intoleran.
Berkaitan dengan intoleran ini, kita membahas hal yang spesifik, yaitu toleransi beragama. Kita semua tahu bahwa Indonesia mayoritas orangnya memeluk agama islam, bahkan indonesia menjadi negara paling banyak penduduknya yang memeluk agama islam di dunia. Saya sendiri sebagai penulis juga masuk dalam kategori mayoritas tersebut, akan tetapi, tidak juga kita mengartikan bahwa mayoritas itu kuat, mayoritas itu bisa berbuat seenaknya sendiri, mayoritas itu berkuasa, tentu itu anggapan yang salah. Sebagai negara yang punya banyak perbedaan kita sudah seharusnya merangkul kaum kaum minoritas yang ada di Indonesia, namun kenyataannya justru berbanding terbalik dari teori, negara yang seharusnya penuh kedamaian dengan banyaknya perbedaan, malah perbedaan itu sendiri yang membuat huru hara dimana mana, lantas apakah perbedaan itu yang salah?, tentu tidak, perbedaan adalah anugerah dari Tuhan yang sangat mulia. Cara pikir orang orang intoleran ini lah yang harus dibenahi. Mereka menganggap semua yang berbeda dari dia adalah musuh, harus dibasmi, tidak punya hak hidup di dunia ini. Manusia seperti ini hanya mementingkan ego sendiri, merasa kuat karena mereka mayoritas, justru manusia manusia seperti inilah yang sangat amat lemah, mereka ketakutan, takut tercuci otaknya dengan orang yang minoritas ini, padahal yang patut disalahkan adalah iman mereka yang terlalu lemah, terlalu rapuh, lantas mereka menyalahkan orang minoritas ini dengan dalih membahayakan kepercayaannya.
Indonesia, negara tercinta kita ini, ketika
sudah membahas agama, orang akan mati matian membelanya, itu bagus, kita harus
membela kepercayaan kita yang kita anggap benar, namun, tidakkah kau lupa untuk
menghargai milik orang lain, bahkan Rasulullah SAW pun ketika bersama orang
kafir, beliau menghargainya dan tidak menghina sesembahannya. Lantas mengapa
kita justru melakukan sebaliknya tanpa menghiraukan keteladanan manusia paling
mulia.
Saya, sebagai muslim
tahu betul bahwa islam telah memberi pedoman yang begitu jelas bahwasanya agama
tidak boleh dan sama sekali tidak ada paksaan. Dalam Al-Qur’an disebutkan juga
bahwa semua manusia bebas dan disilahkan memilih agama sesuai keyakinannya
masing-masing. Lakum diinukum wa liya diin atau Untukmu
agamamu dan untukku agamaku. Dalam
konteks beragama yang disebutkan oleh Al-Qur’an tadi bahwa tidak ada paksaan
dalam beragama, kita saja tidak boleh memaksa orang, apalagi mengganggu, itu
merupakan Tindakan yang sangat tidak dapat dibenarkan. Semua orang diberi
kesempatan untuk memilih kepercayaannya atau agama masing-masing. Jika pandangan
dan ide tersebut diterapkan pada kehidupan sehari-hari oleh semua orang, maka sebetulnya
tidak akan terjadi masalah. Semua orang beribadah ke tempat ibadah mereka
masing-masing, Mereka yang beragama Islam beribadah ke
masjid, mereka yang kristen ke gereja, dan demikian pula lainnya.
Agama juga mengajarkan agar semua
pemeluknya menjadi orang baik, saling mengikat tali persaudaraan, memahami,
menghargai, mengasihi, dan bahkan juga harus saling gotong royong atau tolong
menolong dalam hal berbuat kebaikan. Semisal semua umat beragama dapat menunjukkan
perilaku tersebut sebegaimana perintah ajaran agamanya, maka sebetulnya hal-hal
semacam konflik atau perpecahan antar umat beragama tidak akan terjadi dalam
kehidupan sehari-hari
Toleransi baru menjadi terasa tidak
terpelihara oleh karena di antara mereka yang berbeda merasakan ada sesuatu
yang mengganggu. Bisa jadi, gangguan itu sebenarnya bukan bersumber dari
agamanya, tetapi berasal dari aspek lain, misalnya dari ekonomi, sosial, hukum,
keamanan, dan semacamnya. Melihat orang atau sekelompok orang terlalu
memonopoli kegiatan ekonomi sehingga merugikan atau mengganggu orang atau
kelompok lain, maka muncul rasa kecewa dan atau sakit hati. Demikian pula jika
terdapat sekelompok orang tidak mempedulikan dan bahkan berperilaku
merendahkan, maka orang lain dimasud merasa terganggu.
Perihal itulah yang
kemudian menjadikan pihak lain merasa direndahkan, dikalahkan, bahkan dirugikan.
Padahal meskipun mereka meyakini agama berbeda tetapi masih dapat menjaga
hubungan terjalin dengan harmonis, berbuat adil, jujur dan saling menghormati yang
lain maka tidak akan muncul masalah ataupun persoalan dalam kehidupan bersama. Semua
insan akan merasa Bahagia jika mereka diperlakukan dengan baik tanpa adanya diskriminasi
yang datang dari pihak manapun. Dan ingat, orang baik akan selalu mendapat
balasannya dan diterima di manapun dia berada dan oleh siapapun.
Sebaliknya,ketika kita sudah dihadapkan perbedaan entah itu suku, etnis, atau
bahkan agama tapi dengan adanya perbedaan tersebut kita merasa rishi dan
terganggu, maka akan timbul rasa tidak nyaman atau tidak senang dalam hati.
Jangankan berbeda agama, etnis atau bangsa, sedangkan
sesama bangsa, etnis, dan agama sekalipun juga akan bermusuhan manakala
nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan kebenaran diganggu. Maka dari itu sebenarnya, bukan perbedaan
sebenarnya yang dipermasalahkan, tetapi perilaku merugikan dari oknum-oknum lah
yang selalu menjadikan orang atau bahkan sekelompok orang menjadi tidak ada
rasa toleransi
Sering terjadi dan tidak jarang terjadi di manapun dan dapat dilihat langsung,
diantara orang yang berbeda, entah itu suku atau etnis, bangsa dan negara, dan
agama, tetapi mereka terlihat sangat rukun dan saling mengasihi. Mereka yang
berbeda, termasuk juga yang berbeda agama itu saling menyapa, bertegur salam, saling
tolong menolong, dan berbagi kasih sayang. Hal tersebut dipicu karena mereka
tahu bahwa perbedaan itu anugerah terindah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha
Esa, dimana kita sebagai manusia diberi Amanah oleh Tuhan untuk menjaga
perbedaan ini, jangan sampai timbul masalah akibat perbedaan. Dan kita juga
sebagai manusia dituntut untuk tetap memegang teguh nilai-nilai kebaikan dan
moral manusia yang bisa diterapkan dalam menyikapi perbedaan ini agar tidak
timbul perpecahan. Pernahkah Anda membayangkan betapa indahnya dunia ini jika
semua orang saling berbagi kasih sayang, saling tolong menolong, saling
menghargai dan menghormati, tidak pernah timbul gesekan perpecahan, menganggap
perbedaan itu karunia Tuhan Yang Maha Esa, sungguh indah jika dibayangkan.
Tetapi tidak cukup kita hanya membayangkan, tetapi kita juga harus berusaha
untuk mewujudkan perdamaian itu terjadi. Tidak menutup kemungkinan terjadinya
perdamaian itu terlaksana di atas bumi ini. Kita sebagai manusia harus mampu membawa
perubahan tersebut.